Akhir-akhir ini ada isu dari pemerintah yang menyebutkan
bahwa kesejahteraan guru SD akan sangat diperhatikan dimasa mendatang.
Mulai-lah para orangtua berbondong-bondong menyarankan bahkan menyuruh anaknya
untuk mengambil jurusan ini. PGSD menjadi jurusan yang popular di masyarakat.
Puluhan ribu fresh graduate dari SMA menyerbu jurusan ini. Sayangnya, yang tau
hal-hal semacam ini juga hanya para pendahulu kita yang profesinya bersenggolan
dengan dunia pendidikan. Dimasyarakat biasa, tetap saja profesi guru SD adalah
suatu hal yang kurang membanggakan.
Lebih
lanjut, jurusan yang nantinya mencetak pendidik awal generasi penerus bangsa
ini tetap saja ‘terpinggirkan’. Kenapa begitu? Karena dimata mahasiswa dari
jurusan lain, mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang kurang modis. Bahkan, pada
beberapa universitas yang memisahkan kampus PGSD-nya dari kampus utama gap social
ini semakin terasa. Setiap kali menjejakkan kaki di kampus utama, langkah
mahasiswa PGSD diiringi tatapan aneh dari teman-teman diluar jurusan PGSD.
Tentu tidak semua seperti itu. Ada juga yang menghargai perbedaan. Tapi untuk
mahasiswa gaul diluar sana, PGSD bukan termasuk mahasiswa yang bisa disebut
keren.
Dari
berbagai fenomena inilah, maka banyak sekali mahasiswa jurusan PGSD menjadi
tidak bangga menjadi bagian jurusan mereka. Mereka mengambil jurusan ini hanya
atas dorongan orangtua dengan mempertimbangkan gaji jika sudah menjadi PNS
nanti. Itu juga tidak salah. Orangtua mana yang ingin menyesatkan anaknya?
Tapi
kawan, PGSD sebenarnya bukan hanya jurusan pendidikan guru, tetapi juga sekolah
kepribadian. Kenapa begitu? Karena ketika kita menapakkan kaki di PGSD, untuk 4
tahun mendatang kita akan digodog menjadi pribadi yang santun dan
bermasyarakat. Mahasiswa PGSD lebih bisa melihat situasi masyarakat yang ada.
Karena mereka memang nantinya kembali pada masyarakat lapisan menengah kebawah.
Karena mahasiswa PGSD nantinya berjuang ditengah-tengah dinamika masyarakat
yang hingga saat ini aspirasinya belum tersalurkan. Dan yang lebih penting,
mahasiswa PGSD menjadi tonggak perbaikan bangsa karena mereka-lah yang
menyiapkan generasi muda penerus negara ini.
Karena
tugasnya yang berat inilah, mahasiswa PGSD digembleng dengan berbagai kegiatan
yang membentuk karakter mereka. Mulai dari rangkaian kegiatan kepramukaan yang
melelahkan, sampai pada kegiatan perkuliahan yang mengharuskan mereka berlatih
berbicara di depan orang banyak, termasuk berlatih memanagemen banyak orang
didalam satu ruangan. Hal-hal seperti inilah yang baik disadari atau tidak juga
membentuk karakter mereka. Secara tidak langsung, mereka telah mempersiapkan
diri mereka sekaligus membangun kembali karakter manusia Indonesia yang
seutuhnya. PGSD yang notabene ‘terpinggirkan’ justru adalah salah satu elemen
penting pembangun bangsa.
Kuliah di PGSD secara tidak langsung mendidik kita baik dari cara
berpakaian, cara bicara, hingga cara bergaul dalam masyarakat maupun sesama
teman. Kita tanpa sadar telah terbiasa berpenampilan dan bergaul di masyarakat
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Masyarakat dan juga dosen-dosen dari jurusan lain bahkan mengakui bahwa ketika
mahasiswa diterjunkan dalam masyarakat, mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang
lebih mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Mahasiswa
PGSD adalah seorang generalis, terspesialisasi dalam kemahirannya di salah satu
bidang, misalnya tari, music, karya ilmiah, penelitian, cabang olahraga, dan
bidang lainnya. Sehingga modal jurusan ini untuk bisa berkembang sangat
mumpuni. Keuntungan mahasiswa PGSD yang generalis sudah teraih, dan masih pula mendapat fasilitas untuk mendalami
spesifikasi tertentu. Jika seorang generalis 'banyak tahu' dalam artian
mengerti banyak hal tapi dangkal, seorang spesialis 'tahu banyak' dalam artian
sedikit hal tetapi dalam. So, tugas mahasiswa PGSD yaitu menjadi 'GEN SPESIAL'.
Mengerti banyak hal dan dalam. (Siron, 2012)
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar